Sudah membaca postingan saya sebelumnya Part 1 kan ? Jadi
mari kita lanjutkan.
Seperti yang saya bilang bahwa jalur yang saya ambil adalah
Jalur Pathak Banteng, maka saya pribadi telah mempersiapkan mental saya untuk
menghadapi medan terburuk. Cuaca saat kami mulai mendaki itu mendung. Langit
sudah hampir menjadi gelap. Bukan sesuatu yang mengherankan karena kami
berangkat dimusim hujan, dimana intensitas cuaca hujan di daerah pegunungan
lebih tinggi daripada di dataran rendah atau pantai.
Dalam hati saya berdoa semoga perjalanan kami lancar.
Awal pendakian kami sudah dikejutkan dengan jalur yang harus
kami lewati. Bahkan di awal jalurnya sudah menanjak. Kami harus melewati
puluhan anak tangga dengan kemiringan curam. Cukup ngos ngosan.
Awal perjalanan |
Oiya, maaf jika foto yang saya berikan bukan foto milik sendiri,
mengingat cuaca saat itu mendung jadi untuk berjaga kamera dan hp sudah di
amankan di tas. Foto jalur pendakian pathak bantheng saya ambil dari blog
NVST.net.
makin menanjak |
Semakin ke atas, jalurnya semakin curam. Hal ini di perparah
dengan kondisi hujan. Jadi baru setengah perjalanan kami, hujan mulai turun.
Jadilah kami harus extra hati hati karena jalan menjadi sangat licin dan
berbahaya. Bahkan ada salah seorang teman saya yang terperosot dan dia hampir
masuk jurang. Sereeeeemmmm. Jadi silahkan dibayangkan saja jalur di foto yang
saya ambil jika hujan, licin, dan becek, ditambah gag ada ojek Fiuhhh...
makin menantang |
kuncinya hati hati |
bahkan harus merambat |
Hujan deras, bermodalkan jas ujan kami mencoba untuk menapaki jalur ini perlahan, yang penting selamat prinsipnya. Sangat di sarankan untuk memakai sepatu atau sandal gunung yaaa, jangan pakai sandal jepit apalagi stiletto. hahhaa.
Setelah perjuangan cukup panjang, sekita 2,5 jam (lumayan juga menurut saya), kami sampai juga di sebuah padang datar. Alhamdulillah.
Yang kemudian kami tahu bahwa itu memang area puncaknya. Saat kami tiba langit sudah gelap, karena menunjukkan pukul 18.00 lebih sedikit.
Baju basah, kedinginan, angin kencang, ya Allah rasanya
ingin segera menghangatkan diri di dalam sleeping bag. Belum lagi tiba tiba
kaki ku kram, duh makin heboh. Untungnya tetep dong ada dia hahhaa, jadi aman. Makasiii
:*
Kami berjalan lagi mencari tempat yang agak lapang. Dalam
keadaan yang masih hujan, para lelaki berusaha untuk mendirikan tenda, dan kami
para perempuan berusaha mengamankan barang barang. 15 menit kemudian 1 tenda
berdiri, disusul dua tenda lainnya. Total 1 jam kami bergelut dengan hujan
untuk mendirikan tenda.Pembagian tenda untuk yang perempuan di tenda tengah,
bertiga. Yang laki laki di dua tenda yang lain.
Pengalaman saya, saya tidur dengan menggunakan pakaian
basah. Jadi kalau sudah pakai SB, copot aja pakaiannya. Seperti yang saya
alami, saya niat tidak melepas celana saya yang basah dan itu membuat justru
semakin dingin. Akhirnya celana basah saya copot, saya tidur dengan bawahan mukena
baru sleeping bag (karena tidak bawa celana ganti). Disinilah pentingnya
membawa satu stel pakaian ganti lagi,
apalagi musim hujan.
Sekitar satu jam kemudian, hujan mereda, kami sempat membuat
kopi panas untuk menghangatkan diri. Setelah itu mencoba tidur sekitar pukul
21.00. Entah bagaimana keadaan di luar, yang penting kami hangat. Sayup sayup
terdengar suara pendaki lain yang sampai di puncak.
Bersambung di Part 3 yaaaa.. ^_^
No comments:
Post a Comment