Friday, June 3, 2016

Tradisi Menyambut Bulan Puasa

Tidak terasa dalam beberapa hari ke depan kita akan berjumpa lagi dengan Bulan Ramadhan. Bulan yang penuh berkah, bulan dimana segala ampunan dan berkah di berikan sebesar besarnya pada hambaNYA yang bertaqwa. 
Hayooo, siapa yang masih punya utang puasa? Segera di bayar, masih ada dua hari lagi.

Adakah persiapan khusus yang di lakukan oleh teman teman ? Kalau saya sih tidak ada yang special. Utama membayar hutang puasa tahun lalu, kemudian cuci mukena untuk persiapan tarawih selama bulan Ramadhan. Apa lagi ya ? Untuk sahur dan berbuka sih tidak ada persiapan khusus. Ada mama. hahahaha.

Ada yang punya tradisi khusus yang dilakukan sebelum puasa? Di keluarga ku, ada beberapa tradisi yang biasanya dilakukan sebelum puasa. Tradisi ini semata mata di lakukan untuk menghormati para leluhur dan mendoakan apara sesepuh di keluarga saya. Mungkin ada yang punya tradisi yang sama ?

1. Ruwahan

Tradisi ini identik dengan kue tradisional bernama apem. Beberapa tahun yang lalu, tante saya masih rajin buat adem sendiri. Dari membuat adonan yang butuh waktu semalaman, hingga mencetak kuenya satu demi satu. Tapi sekarang udah males kali yaa, jadi lebih simple nya pesen aja. hehehe.

Kue Apem
Sumber : Gedangsari.com


Tradisi ini semacam memberikan bancaan (kotak berisi makanan) ke tetangga sekitar rumah. Isi dari bancaannya adalah kue apem dan juga ketan dengan topping yang bervariasi, biasanya srundeng atau kelapa dengan kinco (gula jawa cair), atau bubuk kedelei. 

Apem menurut asal usulnya adalah perlambang dari permohonan maaf dan ampunan dari dosa. Sedangkan ketan yang lengket adalah perlambang untuk mempererat tali silaturahim.
Jadi inti dari tradisi ini adalah memohon maaf apabila ada kesalahan agar bulan Ramadhan yang akan datang diri kita dalam keadaan suci dan bersih dari dosa. Sebelum di bagikan, biasanya di lakukan doa bersama untuk meminta permohonan maaf dan keberkahan dari Allah SWT.

2. Nyadran

Tradisi kedua yang dilakukan adalah nyadran. Kurang lebih yang saya paham, tradisi ini adalah mengunjungi makan para leluhur kita. Biasanya keluarga saya ke Solo dan Jogja ke makam eyang eyang saya dari papa, dan di semarang ke makam eyang eyang dari mama.

Yang saya pernah baca disini tradisi ini sudah berlangsung sejak lama, di jaman kerajaan masih menganut ajaran Hindu Budha, Biasanya ketika mengunjungi makam, akan membawa juga berbagai macam sesaji untuk keselamatan. Seiring berjalannya waktu ketika Islam mulai datang, hal ini perlahan di arahkan sesuai dengan ajaran Islam. 

Jadi ketika datangnya bulan puasa, sebagian orang masih melakukan tradisi ini dengan mengunjungi makam leluhurnya dan memanjatkan doa, tapi sudah tidak dengan membawa sesaji. 
Yang perlu diingat, memanjatkan doa untuk keluarga kita yang sudah meninggal tidak hanya di lakukan pada saat mendekati bulan Ramadhan saja ya, tetapi setiap saat ^_^


Dua tradisi di atas masih di lakukan oleh keluarga saya. Untuk kota Semarang, kami warga Semarang juga punya tradisi khusus menyambut bulan Ramadhan yaitu DUGDERAN. Festival ini di lakukan selama seminggu sebelum bulan Ramadhan.

Berbagai macam hal di sajikan saat festival ini, seperti adanya pasar malam yang menjual berbagai macam pernak pernik seperti baju, alat masak dari tanah liat dan seng, mainan, dsb. Ada juga kirab dengan arak arakan Warak Ngendog.
Tradisi ini merupakan salah satu bentuk dakwah Islam dalam bentuk hiburan,


Warak Ngendog,
Sumber : Kata dan Rasa
Bagi yang penasaran dengan Dugderan, pasar malamnya masih berlangsung di sekitaran Pasar Johar sampai dengan tanggal 5 Juni 2016. Monggo mampir ^_^

Sekian dari saya tentang tradisi menyambut Bulan Ramadhan. Ada berbagai macam tradisi di daerah lain seperti padusan di Jogja dan Surakarta nan, Tradisi Meugang di Aceh, Tradisi Balimau di Padang, dll. Yang perlu kita ingat adalah tradisi tersebut tidak boleh mengalahkan kepercayaan bahwa segala sesuatu baik dan buruk datangnya dari ALLAH SWT semata. 

Terima kasih sudah membaca ^_^

No comments:

Post a Comment